Scroll scroll timeline di twitter, lagi lagi saya nemu sebuah thread yang sangat mengejutkan. Bukan karena mendadak viral, tapi karena curhatan yang membuka mata saya, betapa wanita mudah sekali menjadi korban.
Sebuah tread yang menceritakan kejadian yang dialami oleh si pembuat kicauan, tentang tragedi yang dia alami.
Berawal dari medsos, kenal dengan seorang laki laki, berinisial KP, lanjut ketemuan, ngedate, sampai berakhir dengan hubungan sex.
Sampai akhirnya si cwe tahu bahwa si cwo adalah penjahat wanita, yang korbannya menurut twit tersebut mencapai 31 orang wanita.
Sedih, kecewa, marah, intinya gitu.
Saya sendiri heran, untuk orang yang nggak ganteng ganteng amat, KP ini lumayan hebat, bisa mengambil keuntungan, membuat 31 wanita mau berhubungan intim dengannya, dalam waktu yang relatif singkat.
Kalo di thread tersebut dikatakan bahwa si cwo memang bermulut manis.
Hal ini menarik bagi saya untuk menuliskan uneg-uneg.
Sebagai seorang pelaku pasar,alias marketing, kali ini saya tidak akan menulis tentang bagaimana mengambil manfaat dan kesempatan jika bertemu dengan kasus seperti ini. BUKAN.
Tapi lebih kepada analisis sederhana, kenapa wanita, khususnya anak gadis, ZAMAN NOW, punya kecenderungan untuk mudah termakan rayuan receh dari laki laki yg baru dikenal.
Tidak, saya tidak menyalahkan pihak wanita yang jadi mudah di jebak. Disini wanita adalah korban.
Lalu mangapa wanita zaman now cenderung mudah menjadi korban para lelaki buaya darat?
Salah satu faktor adalah kurangnya attachment atau kelekatan dari keluarga. Figur seorang ayah sangat penting disini. Dimulai dari ketika anak lahir, kelekatan dibutuhkan agar anak bisa bertahan hidup di dunia yang kejam ini. Biarin lebay.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Karina dan Mulyati (2007)
remaja-remaja lebih dekat dengan ayah yang memiliki karakter mudah untuk diajak bertukar pikiran, mudah diajak komunikasi, penyabar, suportif, memahami kelebihan dan kekurangan keluarga, membantu mengatasi masalah serta memiliki waktu yang lebih banyak dihabiskan dengan mereka.
Remaja yang lekat dengan ayah memiliki kemampuan tinggi untuk berempati, menyesuaikan diri, dan dalam menjalin hubungan positif dengan teman sebaya.
Lalu apa itu kelekatan?
Bowlby (dalam Upton, 2012) mengungkapkan bahwa kelekatan merupakan hubungan psikologis antar manusia, yang terbentuk semenjak awal kehidupan anak, yang terjadi antara anak dengan pengasuh, dan memiliki dampak pada pembentukan hubungan yang berlangsung sepanjang hidup.
Lalu apa hubungan kelekatan dengan orang tua terhadap resiko anak menjadi mangsa penjahat wanita?
Diatas telah di sebutkan, bahwa Remaja yang lekat dengan ayah memiliki kemampuan tinggi untuk berempati, menyesuaikan diri, dan dalam menjalin hubungan positif dengan teman sebaya.
Disini kita akan menggaris bawahi tentang HUBUNGAN POSITIF.
TIDAK, saya tidak akan menuliskan bagaimana seharusnya hubungan yang positif itu dijalin atau di lakukan. Ustadz Medsos pasti sudah berceramah panjang kali lebar samadengan luas.
tapi yang menjadi KOENTJI bukanlah memberitahu bagaimana anak harus bersikap. Tapi bagaimana orang tua terutama Ayah, sebagai figur penjaga hukum dan norma keluarga, mencontohkan dalam perilaku kesehariannya dalam memberikan nafkah kepada keluarganya.
Sayangnya banyak laki-laki yang terlalu sibuk mencari nafkah diluar,sehingga lupa bahwa nafkah batin juga penting.
Dan perlu di cetak tebal, miring dan digarisbawahi pula BAHWA nafkah batin tidak selalu berupa pemuasan hasrat wikwikwik dengan istrinya di hari kamis selepas jam 9 malam.
Nafkah batin adalah sebuah pemenuhan kebutuhan akan kehangatan, perlindungan, pengayoman yang membuat rumah menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan.
Lalu muncul pertanyaan, bagaimana seharusnya ayah bersikap?
Dalam sebuah obrolan santai dengan beberapa rekan yang juga perhatian dalam pendidikan keluarga, saya mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa figur Ayah sangat penting bagi perkembangan karakter anak, dalam hal ini anak gadisnya.
Seorang anak perempuan yang tidak pernah dibilang cantik oleh ayahnya, cenderung lebih mudah dirayu lelaki lain diluar sana. Dan sebaliknya jika sering di sanjung kecantikannya, si anak akan cenderung lebih tahan terhadap gombalan receh buaya darat.
Tidak hanya rayuan, Ayah juga berperan memberikan contoh, bagaimana berhubungan sosial dengan wajar kepada wanita selain istrinya. Bagaimana ayah menjaga norma dan perilaku dihadapan wanita lain. Hal ini menjadi landasan si anak, bagaimana laki-laki harus berperilaku dihadapannya.
Ayah juga harus bisa menjaga auratnya agar senantiasa tertutup dihadapan anak gadisnya. Dengan begitu, si anak tahu bahwa ada hal yang tidak sopan untuk diperlihatkan, baik dari orang kepada dia, atau menjaga apa yang ada pada dirinya terhadap orang lain diluar sana.
Keempat, ayah adalah figur laki-laki pertama untuk anak gadisnya, dia harus bisa menunjukkan bagaimana laki-laki seharusnya memperlakukan wanita.
Yaitu memberikan rasa aman, tetapi tetap dalam lingkaran norma, etika dan kesopanan.
Jika dari dalam rumah seorang anak mendapat kelekatan dan kehangatan yang maksimal, diharapkan anak tidak akan terjebak dengan kehangatan semu yang akan memangsanya suatu saat kelak. Atau setidaknya memperkecil resiko anak menjadi korban karena ketidaktahuannya.
Karena seharusnya seorang laki laki sejati bertanggung jawab terhadap seluruh wanita di dunia.
Irmadli Kumahersinung
No comments